kutipan 26/4

Izinkan aku mengetuk baris perbaris hatimu, izinkan aku untuk menghapus garis batas pada hatimu, akhirnya izinkan aku untuk mengisi relung hatimu. Seperti hatiku yang telah terisi olehmu, tak pernah berubah walaupun waktu beranjak. Izinkan kembali aku mengeja isi hatimu, walau butuh waktu yang lama aku mempelajarinya. Izinkanlah aku. Meminta tak sehina yang dikira, karena meminta pada Sang Kuasa adalah jalan pasti para peminta sejati. Jarak yang tak sama bukan penghalang bagi kita, karena memang Sang Kuasa yang selalu mendekatkan hati kita satu sama lainnya. Begitulah jawaban meminta. Waktu tak mungkin dapat berbalik, karena ia membawa pada masanya. Masa lalu hanya semu tak berbau, masa depan adalah tempat waktu itu menuju. Kita tak pernah tau waktu membawa kita pada siapa dan bagaimana caranya, karena waktu memiliki caranya sendiri untuk mempertemukan kita dengan orang baru yang tak dapat kita sangka hadirnya. Mungkin saja, waktu yang akan mempertemukan kita dengan seseorang yang kita tuju. Begitulah waktu berpadu. Antara kita. Antara kita terdapat batas yang amat jauh, sehingga kita harus mampu mengartikan perbaris hati yang tak terjamah. Perbaris kata yang tak terlihat, namun untuk apa kita mengartikan itu? Karena hati ini yang telah mengenali siapa temannya, siapa tempat yang paling nyaman untuk ia jadikan sahabatnya. Bukan egois, namun begitulah adanya. Antara kita terdapat satu pengenal, ya ia yang mengenalinya. Seperti hujan yang tak datang sendiri, sama halnya dengan rindu ini. Perlahan – lahan rindu ini nyata menjadi beberapa syair yang tak kuasa tertahan lagi. Dingin semakin lama menjadi dingin, sama seperti hati yang terlalu lama menahan rindu. Menjadi dingin, sampai ia tidak menyadari ada seorang diluar sana yang sedang menantinya untuk kembali. Ya, rindu memang teramat dingin. Tak ada yang mampu mengobati rindu selain temu, bagi siapa saja yang menunggu ia akan tau betapa perihnya menanggung rindu. Bahkan rindu bisa merubah bahagia menjadi luka, merubah senyum itu menjadi air mata. Karena begitu hati merasakan hadirnya rindu, tangan akan terasa berat untuk menengkan hati yang menuggu, mata akan terasa lelah untuk menatap maju , badan menjadi lemas memanglah seperti itu. Ia hanya terobati oleh satu kata yaitu Temu, karena bagi para perindu selalu mengharap akan hadirnya sepasang temu. Bertemu dengan yang dirindu. Izinkanlah aku untuk meminta waktu yang berapadu antara kita sehingga merubah rindu yang teramat dingin itu menjadi temu  - Gita Pratiwi (26/4) -

Komentar

Postingan populer dari blog ini

11 juni 2020

wanita akhir zaman