-Izinkan aku bertanya, apa yang paling cantik di dunia ini?-
Baik. Jika bertanya padaku, yang paling cantik adalah langit. Kenapa? Karena langit itu ajaib, memiliki banyak warna, dan setiap warna punya ceritanya masing-masing. Keajaiban lain, langit itu teduh menenangkan. Setiap kesempitan datang, cukup dengan menatapnya hatiku menjadi lapang kembali. Serasa ada percakapan rahasia antara aku dengannya, jadi mungkin kau tidak akan tau~
***
"Status itu mengingatkan tentang perkataan seseorang yg saya kenal :) "
Ternyata percakapan itu masih belum berakhir, tapi kamu sedang mengingat siapa? Ah rasa penasaranku datang lagi.
"Ah iya? Maaf tidak bermaksud apa-apa"
Jawaban polosku yang memang tidak tau tentang situasi saat itu.
Diakhir percakapan, entah memang kamu sadar atau tidak. Nomor telpon itu diberikan kepadaku.
Apa ini kebetulan atau keberuntungan?? Apapun itu, aku senang :)
Dan tau kah hal apa yang pertama aku lakukan ketika diberikan nomor ponsel itu?
Ya, aku berlari mencari dia. -rival yang tak akan aku beri kontak harta karun itu.
Bisa dibayangkan ekspresi dia ketika itu? Dia yang mencoba tenang dengan mengkontrol sikapnya dan diam-diam penasaran bertanya tentang percakapan antara aku dan kamu.
Jawabku hanya sekenanya yang diiringi tawa kegirangan.
**
"Halo ini Aku, apa ini dengan kamu?"
Apa aku harus mengirimi pesan sekarang, atau nanti?
-send-
Aishh kadang tangan memang lebih cepat bergerak walaupun perintah dari otak masih tertahan oleh hati.
"Iya benar"
Serasa waktu dipercepat hari itu. Percakapan singkat itu memang bertahan dengan singkat, karena aku pun tau bagaimana cerita tentang kamu jika berinteraksi dengan orang lain terutama 'wanita'. dan bukankah itu pesona yang kamu miliki ~
Namun, dari percakapan singkat itu ada satu pesan yang selalu aku ingat sampai hari ini.
"Jaga hatinya, bukankah wanita harus lebih berhati-hati dengan apa yang terlintas dihatinya"
Kalimat ini sederhana bukan? tapi semuanya terasa berbeda entah memang aku yang terlalu berharap, atau? ahh sudahlah.
"Bukan kah kata adalah hal yang paling bisa membuat wanita teramat bahagia bahkan terluka?"
Waktu berlalu cepat, sudah beberapa musim berlalu.
Namun penyemangatku masih satu, hanya dari kata-kata penyemangat dari balik layar itu.
Kalau difikir lagi, kenapa aku bisa bertahan dalam kekaguman yang tak berhenti.
Meski memang raga pun tak pernah lagi bersapa, jangankan raga salam pun tak ada.
Sebodoh itu? Jika memang itu hal yang bodoh, tak apa. itu kebodohan yang aku sukai.
***
1 bulan dari hari ini adalah saatnya untuk bertegur sapa dengan kawan lama yang sudah mulai dirindui, Bukan hanya kawanku, tapi dapat berjumpa denganmu adalah nilai tambahnya.
Tepatnya pada bulan Juli, ada hal yang sangat membekas dan membuatku tersenyum setiap mengingatnya, apakah kamu tau? mungkin tidak.
Kesigapan yang aku lakukan saat itu adalah siap sedia berlari sampai entah sandal siapa yang aku pakai dengan tujuan agar bisa sejajar ikut berdoa dibelakangmu. sambil sesekali mencuri pandang ke arahmu ~
Saat itu rasanya aku tidak mau berhenti untuk selalu berdoa dan berada diposisi itu, dibelakangmu. dan rasanya aku membenci adanya waktu pulang, karena nantinya aku tidak tau kapan bisa berjumpa denganmu lagi.
Sedikit tamak sebenarnya, tapi apalagi obat yang bisa mengobati rindu selain temu?
Secara tidak sadar aku memiliki harap untuk dapat lagi berjumpa dalam waktu yang lebih dekat karena saat pertemuan itu tugasku hanya menatapmu dari jauh, bagaimana tidak. Aku hanya si kura-kura, yang hanya bersembunyi pada cangkangnya dan tak ada nyali bahkan hanya sekedar bertegur untuk bertukar kabar. Bagaimana lagi?
Tuhan menjawab do'aku dengan sangat baik dengan cara nya yang romantis pula, karena kartu debit yang hilang ketika di kampus akhirnya aku harus memulihkannya lagi dan sesaat setelah selesai, aku memeriksa kartu itu ke bilik kartu elektronik. Taukah siapa yang berada di depan mesin kartu itu? -apakah ini kebetulan kedua- dengan bumbu percakapan singkat denganmu, dan dengan beraninya aku yang memulai (HAHA). Karena aku yang mengenalimu dulu, dan saat itu mungkin kamu tengah sibuk bertransaksi, aku mencoba menguatkan hati dan memulai percakapan dengan menyapamu sambil ku perkenalkan diri lagi, takut kamu lupa-
Sedikit tanya darimu tentang dimana sekarang aku menuntut ilmu, sambil sesekali kita tersenyum. -Bolehkah waktu berhenti saja saat itu? tak ada lagi bahagia yang ingin aku raih, ini sudah lebih dari cukup-
Tapi aku melakukan kebodohan lanjutan karena aku yang pertama meninggalkanmu~
-Rasanya ingin aku berpura-pura bertransaksi, atau aku ambil semua tabungan yang ada dan aku tabung lagi setelahnya-
Tapi ide itu memang tidak keluar saat aku berhadapan denganmu tadi. Akhirnya aku pamit, dan kamu pun menjawabnya dengan anggukan dan senyuman kecil. hari ini memang indah~
***
Beberapa tahun sudah berlalu~
Jika diingat lagi sepertinya tak ada yang tak aku sukai tentangmu, makanan favoritmu, aku pun menyukainya. Penyair yang kamu suka, sudah aku datangi seminarnya, sampai kota yang kamu tinggali, menjadi kota yang aku sukai juga. Alamat rumahmu? jangan ditanya aku sudah hafal diluar kepala.
Mungkin juga kamu tidak tau, setiap tahun di tanggal genap bulan ganjil itu aku selalu mengucapkan do'a terbaik untukmu.
Beberapa tahun selalu tidak terlewat baik melalui sosial mediaku atau sekedar do'a dari hatiku.
Tapi jika diingat kini, beberapa media sosialmu sudah tak ku temukan lagi. Entah memang sengaja kau tutup atau memang ada alasan lain. Kenapa? -Aku kehilangan.
Saat ini sepertinya aku harus segera bersiap, membuat pilihan pada diriku sendiri untuk tetap melanjutkan atau memang harus ku lepaskan, bukan ingin menyerah dahulu. Tapi bukankah aku harus bersiap dengan arti kehilangan?
Bukankah akan sangat menyakitkan jika kehilangan tanpa persiapan? biarkan sakit perlahan ini yang akan mengobati sendiri.
Ditengah-tengah masa itu, aku melihat punggung seseorang yang masih aku kenali di tempat yang sama untuk kami berdo'a. Bukan ditempat sebelumnya, tapi saat itu di kampusku. Ingin rasanya aku hampiri, namun aku tak berani. Namun aku yakin itu kamu, pasti. -Apakah ini kebetulan ketigaku? Sambil berlalu, pandanganku tak lepas dari arahmu. dan sesekali aku mengusap air mata yang tiba-tiba jatuh. Rasanya bercampur entah aku bahagia atau memang ini adalah hadiah terakhir dari tuhan untuk berjumpa denganmu.
Karena sebelumnya aku sempat berdo'a untuk dapat dijumpakan kembali denganmu, meskipun sebagai salam perpisahan.
Rasanya penasaran sekali, ada maksud apa tiba-tiba kamu di kampusku?
Apakah akan melanjutkan study disini? atau sekedar kunjungan organisasi?
Atau ada maksud pribadi? -ahh ingin aku hilangkan pilihan terakhir itu.
Patah itu biasa, namun kembali kuat adalah keharusan. Cobalah menangis sebentar karena air mata bukan tanda kelemahan
Benar saja kabar itu akhirnya aku tau, niatmu untuk datang ke kampusku. Lamanya kamu duduk berdo'a saat itu.
Sudah tak ingin aku ceritakan sebenarnya, tapi sesuai janjiku untuk melepasmu adalah keharusan.
Aku tak bisa memaksa cerita sesuai dengan inginku, karena dalam akhir cerita tidak hanya bahagia saja bukan?
Kebetulan-kebetulan yang aku anggap takdir tuhan yang membahagiakan cukup aku syukuri.
Mengenalmu, berbagi cerita singkat, melihatmu. cukup menjadi pembelajaran untukku.
Terima kasih, kamu baik.
Berbahagialah, karena saat ini kamu sudah tidak terbang sendirian lagi.
|
qoriratna.wordpress.com |
Komentar
Posting Komentar